Pembelajaran Kuantum

Pembelajaran Kuantum

Pembelajaran kuantum (Quantum Learning and Teaching) dimulai di Super Camp, sebuah program percepatan berupa Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan perkembangan pribadi (DePorter, 1992).

Pada tahun 1940-an Freire sudah memaparkan konsep pendidikan seperti itu. Kemudian pada tahun 1954, George Lazanov, seorang psikolog, melalui penelitian bahasa menemukan bahwa belajar dapat menemukan sesuatu secara tepat jika berada pada kondisi antara sadar dan tidak sadar. Hasilnya, jika anak belajar menghitung dengan metode Lazanov dapat menjadi seratus kali lebih cepat jika dibandingkan dengan hitungan biasa. Metode Lazanov dinamakan pendekatan Sugestopedia karena memanfaatkan sugestif dalam pembelajaraimya. Kemudian, Bobbi DePorter mengembangkan konsep sugestopedia melalui berbagai penelitian sehingga menyodorkan konsep Quantun Learning.

Quantum Learning (QL) merupakan metode pendekatan belajar yang bertumpu dan metode Freire dan Lazanov. QL mengutamakan percepatan belajar dengan cara parsitipatori peerta didik dalam melihat potensi diri dalam kondisi penguasaan din. Gaya belajar dengan mengacu pada otak kanan dan otak kin menjadi ciri khas QL. Menurut QL bahwa proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya dapat berarti—setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi—sampai sejauh mana fasilitator mengubah belajar berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan kelas merupakan landasan dan kerangka untuk belajar (DePorter, 1999:2001). Dengan begitu pembelajar dapat mememori, membaca, menulis, dan membuat peta pikiran dengan cepat.

Dalam QL, yang dipentingkan adalah pemercepatan belajar, fasilitasi, dan konteks dengan prinsip segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum menemukan, akui setiap usaha pembeiajar, dan jika layak dipelajari berarti layak untuk dirayakan. QL mengutamakan konteks dan isi. Konteks berisi tentang: (1) suasana yang memberdayakan, (2) landasan yang kukuh, (3) lingkungan yang mendukung, rancangan belajar yang dinamis. Kemudian isi terdiri atas (1) penyajian yang prima, (2) fasilitas yang luwes, (3) keterampilan belajara untuk belajar, dan keterampilan hidup.

Metode kuantum mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Metode kuantum adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar dengan menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif pembelajaran, dan keterlibatan aktif peserta didik dan pelatih. Asas yang digunakan adalah Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.

Ada lima prinsip yang mempengaruhi seluruh aspek metode kuantum. Prinsip tersebut adalah (1) segalanya berbicara, (2) segalanya bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui setiap usaha, (5) jika layak dipelajari, layak pula dirayakan. Konteks dan isi sangan mendomunasi dalam pelaksanaan pembelajaran kuantum. Konteks adalah latar untuk pengalaman pembelajaran. Konteks dianggap sebagai suasana yang mampu memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan isi berkaitan dengan penyajian yang prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.

Oleh metode kuantum, peserta didik dianggap sebagai pusat keberhasilan belajar. Saran-saran yang dikemukakan dalam membangun hubungan dengan peserta didik adalah: (1) perlakukan peserta didik sebagai manusia sederajat; (2) ketahuilah apa yang disukai, cara pikir mereka, dan perasaan mereka; (3) bayangkan apa yang mereka katakana kepada diri sendiri dan mengenai diri sendiri; (4) ketahuilah apa yang menghambat mereka untuk memperoleh hal yang benar-benar mereka inginkan jika pelatih tidak tahu tanyakanlah ke peserta didik; (5) berbicaralah dan jujur kepada mereka dengan cara yang membuat mereka mendengarkannya dengan jelas dan halus; dan (6) bersenang senanglah bersama mereka.

Ada hal-hal yang perlu dicermati apabila Quantum Teaching akan diterapkan dalam pembelajaran, di antaranya:

(1) AsasUtama

Quantum Teaching mendasarkan diri pada konsep ‘Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka’. Maksudnya seorang guru wajib memasuki dunia siswa sehingga diharapkan siswa mampu membawa hal hal yang mereka pelajari ke dalam dunianya (DePorter, dkk. 2000:6).

(2)      Prinsip-prinsipnya

Ada lima prinsip atau kebenaran yang tetap pada Quantum Teaching, yaitu (a) segalanya berbicara, (b) segalanya bertujuan, (c) pengalaman sebelum pemberian nama, (d) akui setiap usaha, dan (e) jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan (DePorter, dkk. 2000:7-8).

(3)      Kerangka Rancangan

Quantum Teaching menggunakan kerangka rancangan ‘TANDUR’, yaitu (a) tumbuhkan, (b) alami, (c) namai, (d) demonstrasikan, (e) ulangi, dan (f) rayakan. Tumbuhkan berarti guru harus menumbuhkan motivasi dan minat siswa terhadap kemanfaatan pembelajaran melalui konsep ‘AMBAK’ (Apa manfaatnya Bagiku?) Alami berarti memberi pengalaman pada siswa. Namai berarti memasukkan konsep keterampilan berpikir dan strategi belajar pada saat minat siswa muncul. Demonstrasikan berarti guru menyediakan kesempatan pada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka telah tahu dan bisa. Ulangi berarti memberi kesempatan kepada siswa untuk memperkuat atau menegaskan pengetahuan yang telah mereka miliki. Rayakan berarti memberi pengakuan atas prestasi siswa, misalnya memberi pujian, menyanyi bersama, membunyikan yel-yel, dan sebagainya.

Guru dalam Quantum Teaching memegang peranan penting, yaitu sebagai model, pembimbing, dan fasilitator. Sebagai model guru dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi, mampu mempresentasikan sesuatu, secara efektif, dan memiliki sikap positif untuk dirinya dan untuk siswanya. Sebagai pembimbing dan fasilitator, guru dituntut kesadarannya untuk secara optimal mengarahkan siswa untuk selalu aktif dalam pembelajaran yang dilakukan, karena orientasi pembelajaran kepada siswa (student centered instruction), bukan kepada guru (teacher centered instruction).

PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA JAWA YANG INOVATIF
DI SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
(Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran)
Setya Yuwana Sudikan

2 Responses

  1. Pak Yu menika Dekan FBS…
    dimana saya bisa mendapatkan buku karangannya itu yaaa???

    • nyuwun pangapunten mgmp keleresan ugi boten gadhah, makalah itu diambil dari makalah kongres bahasa Jawa di Semarang.

Leave a reply to mgmpjawapemalang Cancel reply